Menjadi Tak Tergoyahkan dengan Stoikisme

Beberapa pekan yang lalu, saya mendengarkan curhatan salah seorang teman yang tengah bersedih karena alasan yang tidak dapat saya ungkapkan di sini; masalah yang ia hadapi adalah apa yang oleh para filsuf Stoikisme sebut dengan “adfectus” (masalah yang tidak dapat diubah atau dikontrol).

Dalam hidup, menurut saya, kita perlu menghindari hal-hal yang menganggu mental kita, membersihkan setiap penghalang yang ada, dan memberikan sedikit ruang untuk cahaya dan udara segar. Hal ini merupakan upaya untuk melepaskan diri kita dari rasa ketergantungan, bukan hanya pada hal-hal yang tidak berguna tetapi juga hal-hal yang berada di luar kendali kita.

Dalam karyanya, ‘On Anger’, Seneca menyatakan bahwa emosi berarti menyerah pada hal-hal eksternal (adfectus) untuk mengendalikan kita. Maka, sebagai filsuf Stoikisme, Seneca menyarankan kita untuk tidak membiarkan hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan mengendalikan kita. Dalam konteks ini, Seneca memisahkan antara kita dan realitas eksternal—antara yang mengalami dan yang dialami.

Oleh karena itu, barangkali layak untuk ditanyakan, mengapa kita perlu melakukan hal tersebut? Bukankah mustahil memisahkan diri kita dan realitas eksternal? Atau bukankah sikap semacam itu adalah sikap seorang pecundang, yang melarikan diri dari kenyataan? Tentu saja kita tidak berharap Seneca akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, karena dia telah tiada.