Filsafat Buddha: Hidup Adalah Masalah

Author: Moh Hidayat

Mempelajari Buddhisme, bukan sekadar mempelajari salah satu filsafat yang paling berpengaruh di dunia, namun juga salah satu agama terbesar di dunia yang mana telah mengguncang hidup banyak orang.

Filsafat ini lahir sekitar 600 SM di salah satu provinsi di India utara yang sekarang dikenal sebagai Bihar. Kata Buddha pada dasarnya adalah gelar yang bisa diterjemahkan sebagai “seorang yang mengalami kebangkitan sempurna” atau “seorang yang tercerahkan.” Nama asli Buddha adalah Siddhartha, yang memiliki arti “dia yang sudah mencapai tujuannya.” Sementara nama keluarga Siddhartha adalah Gautama.

Dia bukan berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, karena ayahnya adalah seorang raja. Namun sayang, dengan semua privilege yang dia miliki, Siddharta justru merasa tidak bahagia. Padahal dia memiliki istri yang kecantikannya sangat dikenal saat itu. Mereka bahkan dikaruniai anak laki-laki yang bernama Rahula. Tetapi entah mengapa, kekayaan, kecerdasan, dan cinta yang dia dapatkan tidak bisa memuaskan dirinya dan menjawab teka-teki dunia yang terus menghantui pikirannya. Sampai akhirnya, kesedihan terus menindihnya dan merusak semua kebahagiaannya karena ketidakadilan dan kekejaman dunia tanpa perasaan yang sering dia temukan.

Dikisahkan suatu hari dia pergi melihat-lihat persawahan ayahnya. Dia melihat bagaimana para petani, baik yang muda maupun tua, harus bekerja di bawah teriknya sinar matahari. Dia melihat mereka membungkuk dan bekerja keras dengan wajah kotor dan penuh peluh. Sapi yang membajak pun juga bekerja keras dengan menyedihkan, meskipun tanpa imbalan sepeser pun. Semua yang dia lihat itu menyiksa batinnya. Realitas mengerikan itu membuatnya sangsi dan bertanya-tanya pada dunia dan dewa sampai akhirnya dia berkata: “Dunia ini dibangun di atas penderitaan, dan fondasinya juga diletakkan di dalam penderitaan. Kalau memang ada jalan, lalu di mana itu? Aku terikat di penjara bawah tanah dengan putus asa.”