Pertanyaan-pertanyaan objective-scientific seputar Covid-19 dan dampak sosialnya tentu saja lebih tepat dibicarakan para dokter, pakar ekonomi dan ahli kebijakan publik. Lalu, masih adakah ruang diskursus untuk filsafat?
Filsafat tentu saja masih memiliki peran penting dalam mengelaborasi setiap persoalan krusial, termasuk pandemi Covid-19. Peran filsafat itu, meminjam ungkapan Slavoj Zizek, lebih sebagai unruhestifter – ‘pencipta kegaduhan’. Olehnya tugas seorang pemikir dalam melakukan reflektif filosofis dalam melihat pandemi penting bagi kita untuk melewati badai pandemi yang (sekali lagi) meningkat ini.
Salah satu pemikir yang melakukannya adalah Lukman S. Thahir. Beliau menulis buku menarik yang berjudul "Filsafat Pandemi". Buku ini merupakan hasil refleksi beliau dalam menjawab berbagai persoalan dan perdebatan yang hadir di masyarakat sejak dunia terjangkit wabah Covid-19.
Namun demikian, ada beberapa gagasan yang kurang saya setujui pada bagian awal buku ini yang nanti akan saya coba terangkan di bawah ini.