Pembaca di blog ini mungkin sudah melihat bahwa mereka yang menulis komentar di tulisan saya sering kali menunjukkan dua sikap yang menarik: ketidakpercayaan terhadap filsafat (jika tidak benar-benar menghina), dan pemujaan berlebihan terhadap sains.
Ambil, misalnya, argumen yang sering saya ulang-ulang bahwa beberapa (tidak semua!) "ateis baru" mengambil sikap ilmiah dengan cara melebih-lebihkan kekuatan epistemologi sains namun menolak fakta bahwa sains juga bergantung pada gagasan non-empiris (filsafat) sebelum ia memulai penyelidikannya.
Sepanjang karir saya, pertama sebagai seorang ilmuwan yang bergelut di bidang ini selama 27 tahun dan sekarang sebagai seorang filsuf, ditambah lagi oleh pengalaman saya di kedua bidang tersebut, saya percaya bahwa kedua disiplin tersebut (filsafat dan sains) pada dasarnya saling melengkapi dan sama sekali tidak saling bertentangan. Olehnya saya merasa bahwa mungkin inilah waktunya untuk membuat komentar panjang tentang kesalahpahaman ini.
Mungkin adalah tepat jika saya mengatasi masalah ini dengan kembali ke akhir tahun 2009, tahun yang tidak hanya menandai 150 tahun Origin of Species karya Charles Darwin (dan 150 tahun penerbitan On Liberty yang bisa dibilang lebih penting oleh John Stuart Mill), tetapi juga peringatan 50 tahun esai terkenal CP Snow "On The Two Cultures", yang membahas tentang kesenjangan intelektual antara sains dan humaniora.