Jenis Kelamin, Gender, dan Hierarki Khayalan

Author: Moh Hidayat

Manusia selalu menggunakan hierarki khayalan untuk menjelaskan realitas sosialnya, baik itu hierarki ras, agama, hingga jenis kelamin. Misalnya, bagi orang Amerika modern ras itu sangat penting, namun relatif tidak penting bagi muslim abad pertengahan. Bagi orang India zaman pertengahan, kasta adalah masalah hidup dan mati, sementara bagi orang Eropa modern, kasta tidak ada. 

Namun ada satu jenis hierarki yang senantiasa berada di posisi amat penting di seluruh masyarakat, yaitu hierarki jenis kelamin. Orang-orang di mana pun berada selalu mengindentifikasikan diri mereka sebagai laki-laki dan perempuan. Namun ironisnya, nyaris di semua tempat, laki-laki selalu memperoleh keuntungan yang lebih daripada perempuan.

Dalam banyak masyarakat, perempuan sering dianggap sebagai harta atau properti milik laki-laki, paling sering ayah, suami, atau saudara laki-laki mereka. 

Mari kita ambil contoh dalam suatu kasus, misalnya kasus pemerkosaan. Dalam banyak sistem hukum, pemerkosaan sering digolongkan sebagai pelanggaran atas hak milik. Dengan kata lain, korbannya bukanlah perempuan yang diperkosa melainkan laki-laki yang memilikinya. Dengan demikian, cara untuk menyelesaikan pelanggaran atas hak miliki tersebut umumnya adalah dengan cara pemindahan hak milik; Si pemerkosa wajib membayar mahar kepada ayah atau saudara laki-laki perempuan itu, dan lantas perempuan tersebut menjadi milik sang pemerkosa itu, seperti yang tertera di Alkitab (Ulangan 22:28-9). Orang-orang Ibrani kuno menganggap penyelesaian semacam itu masuk akal. Gagasan semacam inilah yang oleh masyarakat modern sebut sebagai sistem patriarki.