Sebagai pribadi, kita tentu ingin bebas. Bebas dalam menentukan hidup sesuai dengan keinginan kita tanpa adanya pengekangan. Selain itu kita juga ingin hidup aman; Bebas dari rasa takut dan cemas atas hal-hal di luar dari diri kita. Keinginan untuk bebas tertanam secara alamiah di dalam jiwa manusia.
Kebebasan dianggap berharga, setidaknya karena dua hal; Pertama, kebebasan membawa pada cita-cita yang lebih tinggi, seperti keadilan dan kemakmuran. Kedua, kebebasan dianggap sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Kebebasan bukanlah alat untuk mencapai tujuan, sebaliknya, kebebasan adalah tujuan itu sendiri. Pandangan semacam ini mengakar dalam pikiran masyarakat Eropa dan Amerika saat ini. Karena tanpa kebebasan, manusia belum benar-benar menjalani hidupnya.
Namun, apa sesungguhnya arti kebebasan? Tentu, ada beragam upaya untuk menjawab pertanyaan ini. Ada beragam bentuk, mulai dari kebebasan politik, kebebasan ekonomi, kebebasan budaya, dan seterusnya. Namun, semua pasti tahu bahwa kebebasan itu bertumpu pada kebebasan batin. Namun, apa arti dari kebebasan batin itu sendiri?
Jika kita melihat dari sudut pandang Seneca, seorang filsuf Stoik yang hidup sekitar 4 SM-65 M, ia mengemukakan bahwa kebebasan batin adalah hidup bahagia, yaitu hidup yang harmonis dan alamiah, karena kebahagiaan bukanlah tentang kenikmatan, namun tentang keutamaan: yakni hidup yang sesuai dengan gerak dan hukum-hukum alam.