Narkissos
menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menatap bayangannya sendiri sampai
dia berubah menjadi bunga. Begitulah mitos Yunani, yang kemudian menjadi awal
mula sifat narsistik.
Narkissos adalah orang yang begitu
terobsesi dengan penampilannya, pemuja diri sendiri, tidak berempati, dan
menginginkan pengakuan dari orang lain. Mitos ini sebenarnya mengarah pada
kesimpulan bahwa setiap manusia memang agak narsis. Setidaknya begitulah
pandangan Freud
dalam salah satu tulisan terkenalnya: "On
Narcissism: An Introduction."
Menurut Freud, ego berkembang ketika
manusia masih bayi, tepatnya pada tahap perkembangan psikoseksualnya. Pada
tahap ini, seorang anak berpikir bahwa dia adalah pusat dari alam semesta, dan
oleh karena itu ibunya harus memenuhi segala yang ia butuhkan.
Namun seiring bertambahnya usia, dia
menyadari bahwa ternyata tidak semua hal dapat berjalan sesuai dengan
keinginannya. Jadi keegoisannya pun surut. Freud memperhatikan hal ini; Ia
menganggap bahwa setiap orang memiliki tingkat narsistik tertentu selama tahap perkembangan
psikologisnya. Namun setelah masa anak-anak, cinta pada diri sendiri pun
berkurang, dan cinta pada orang lain menggantikannya.