Einstein Beriman Pada Tuhan Spinoza, Tapi Apa Itu?

Author: Alex Dean

Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar nama Baruch Spinoza? Kita tahu dia adalah salah satu filsuf besar di era Renaissance Eropa: pemikir yang membuka jalan baru bagi metafisika, epistemologi, dan filsafat. Magnum opusnya, the Ethics, pun masih menjadi sumber inspirasi sampai hari ini. 

Kita tahu bahwa dia adalah salah satu pelopor mazhab rasionalis yang muncul pada abad ke-17. Namun terlepas dari semua itu, kebanyakan kita mungkin sudah tahu tentang pandangannya mengenai agama: Spinoza terkenal ateis.

Di masanya, Spinoza dicap sesat dan dituduh telah menyepelekan peran Tuhan dalam urusan manusia di dunia. Ketika dia diusir dari komunitas Yahudi di Belanda di usianya yang ke-23 tahun akibat gagasan-gagasannya, ia justru lebih memilih menjadi orang asing yang "tidak beragama" dengan menolak masuk Kristen. Dia menolak mukjizat dan kehidupan setelah mati. Bahkan dia menantang Alkitab. Tidak mengherankan jika Theologico-Political Treatise-nya kemudian dimasukkan ke dalam daftar buku-buku terlarang Gereja Katolik.

Bahkan setelah beberapa abad, gagasannya tetap menuai banyak kecaman. Namun mereka yang berusaha menumbangkan doktrin agama menjadikan Spinoza sebagai sumber inspirasi. Bahkan Percy Shelley merujuk pada Spinoza dalam esainya "The Necessity of Atheism." Albert Einstein juga pernah berkata bahwa dia beriman pada "Tuhannya Spinoza". Ini adalah bukti bahwa saintis terbesar pun tidak punya waktu untuk mendengarkan takhayul.