Spiritual,
memang bukan agama demikian juga sebaliknya, namun di antara keduanya memiliki
hubungan yang sangat erat, bahwa setiap manusia sadar akan adanya suatu entitas
super power yang melebihi dari segala yang ada. Entitas super power
inilah yang dianggap sebagai asal segala yang ada sampai akhirnya manusia
beragama (bertuhan) kepada yang dianggap berkuasa tersebut. Di sini hakikat
beragama adalah ketundukan, ikatan, kepasrahan, dan keterkaitan kepada yang absolute.
Agama
mengajarkan dan memberikan petunjuk bagi pemeluknya dalam menjalankan prosesi
atau ritual keagamaan, khususnya berkaitan dengan mengasah jiwa dan hati
manusia untuk mengenal Tuhannya dan proses tersebut sering kali dikaitkan
dengan spiritual.
Namun
begitu, beragama, betapapun melibatkan fisik dalam ritual-ritualnya, adalah
urusan “rumah”, urusan hati yang ada di dalam diri. Urusan rohani. Ritual
seperti sholat dan haji, seberapapun pentingnya dalam kehidupan keagamaan,
adalah simbol. Paling jauh adalah aktivitas yang membantu pelakunya
mengoperasikan kerohaniannya dengan lebih baik. Betapapun juga terkait etika,
hukum, politik, dan soal-soal profan lainnya, puncak keberagamaan selalu ada
dalam rohani/spiritualitas. Jadi agama dan spiritualitas adalah hal yang
terintegrasi dalam diri manusia dan tidak dapat terpisah diantara keduanya.
Ketimbang
ritual, spiritualitas adalah esensi penting agama. Spiritualitas adalah
hubungan antara yang Maha Kuasa dan hambanya, tergantung dengan kepercayaan
yang dianut oleh individu.