Cinta dan Konsekuensinya

Cinta. Semua orang selalu membicarakannya dengan bejibun pertanyaan yang berkenaan dengan persoalan tersebut. Seolah ada dorongan misterius tertentu—semua orang begitu bersemangat jika sudah membicarakan tentang cinta. Mengapa semua harus bersemangat membicarakannya? Apa itu cinta? Atau, mengapa harus cinta?

Itu adalah beberapa pertanyaan—yang berkecamuk di dalam pikiran saya. Karena cinta bukanlah perkara mudah untuk dibicarakan dengan bahasa yang umum kita gunakan. Adalah benar bahwa kita dilahirkan sendiri, tanpa sama sekali memiliki pengalaman konseptual apapun mengenai cinta. Namun begitu, kita selalu dihadapkan pada perkara rumit dan melankolis seperti ini di kehidupan atau di keseharian kita. Mengingat bahwa secara alami—karena cinta lah mengapa kita kini terlahir di dunia, yaitu cinta dari ayah dan ibu.

Juga menurut saya, saat kita membicarakan cinta akan ada banyak cerita yang tercipta, baik suka maupun duka. Cinta adalah kisah yang adil, di mana dua sisi berseberangan, suka dan duka dapat berbaur satu sama lain. Karena cinta tidak muluk memiliki akhir yang bahagia. Tak sedikit orang yang gagal dalam kisahnya atau bahkan terhenti di tengah jalan. Faktanya, dari sekian banyak manusia di dunia ini, hanya sedikit saja yang memiliki kisah cinta yang berakhir dengan bahagia.

Ada yang berpendapat bahwa cinta itu laiknya “sebuah koin yang memiliki dua sisi yang berbeda—dan saling bertolak belakang, di satu sisi ia merepresentasikan kebahagiaan, dan di sisi yang lain cinta juga merepresentasikan kesedihan." Dalam artian, cinta adalah tentang kebahagiaan dan kesedihan. Ketika kita memahami dengan benar apa itu cinta, seharusnya kita juga bisa memahami bahwa cinta tak muluk tentang bahagia. Rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam juga hadir di dalamnya. Entah itu berasal dari harapan-harapan kita ataukah justru berasal dari sesuatu yang kita cintai.