Apakah Anda sudah mendengar kabar tentang penerjemahan papirus kuno di bulan April 2024 kemarin yang ditulis oleh filsuf Epikurean, Philodemus (110 SM–40 SM)? Gulungan papirus tersebut ditemukan terkubur di bawah lapisan abu vulkanik Gunung Vesivius yang erupsi pada tahun 79 M.
Papirus tersebut ditemukan pada 1750 di sebuah vila mewah yang dipercaya milik mertua Julius Caesar. Karena lama terkubur di bawah abu vulkanik yang saat itu konon bersuhu 400-500⁰C, tulisan di dalam papirus banyak yang rusak. Sehingga ketika papirus itu ditemukan pertamakali, tidak ada arkeolog yang berhasil menerjemahkannya.
Misteri tentang apa yang tertulis di dalam papirus tersebut baru terungkap di bulan April kemarin—274 tahun setelah papirus ditemukan—meskipun baru 30% saja yang berhasil diterjemahkan menggunakan teknologi AI (kemungkinan penerjemahan ini akan selesai di tahun 2026). Terjemahan yang sedikit itu berhasil mengungkapkan beberapa teka-teki tentang makam Plato dan bagaimana momen-momen terakhir beliau sebelum meninggal.
Awalnya tidak banyak yang kita ketahui tentang letak pasti makam Plato dan/atau bagaimana dia meninggal. Jika merujuk pada sumber-sumber mayor seperti ‘Lives of the Eminent Philosophers’, Diogenes Laertius pun tidak menjelaskan secara detail informasinya.
Sebab Kematian Plato
Ada beberapa informasi yang telah dikumpulkan oleh Diogenes Laertius. Pertama, dari Hermippus, penulis Yunani Kuno (DL III/3,4 & 45). Dia mencatat bahwa Plato meninggal di suatu pesta pernikahan karena demam. Di tempat lain (DL III/6), disebutkan bahwa Plato sebelumnya pernah sakit-sakitan sehingga dia berobat ke Mesir yang saat itu terkenal sebagai negerinya para tabib.
Kedua, Diogenes Laertius mengutip pendapat Philo—“Philo” termasuk nama yang banyak digunakan saat itu, jadi tidak jelas Philo mana yang dimaksud—bahwa Plato meninggal karena rambutnya dipenuhi oleh kutu (DL III/41-43).
Sedangkan papirus milik Philodemus yang baru terjemahkan di atas memberikan penjelasan lanjutan dari pendapat pertama bahwa memang benar Plato meninggal karena demam.
Dikisahkan bahwa setelah pesta pernikahan sebelumnya, Plato kembali ke rumahnya. Di pembaringan, dia ditemani oleh seorang budak perempuan berdarah Thracia (keturunan Indo-Eropa) sembari memainkan serulingnya.
Saat itu Plato sudah sekarat tetapi dia masih menyempatkan diri untuk mengkritik cara budaknya tersebut memainkan seruling dengan alasan ritme permainannya yang kurang cocok. Setelah itu Plato pun tutup usia di umur 80/81 tahun.
Letak Makam Plato
Lokasi pasti makam Plato juga termasuk informasi yang lama menjadi misteri. Sejauh ini, dalam buku-buku sejarah filsafat, paling jauh disebutkan bahwa makam Plato berada di Akademi, seperti yang ditulis oleh Diogenes Laertius dalam buku ke-3. Informasi ini tentu masih kabur, karena lokasi Akademi itu sangat luas.
Akademi awalnya hanyalah hutan yang dihadiahkan kepada Plato. Di sisi lain tidak ada informasi jelas atau wasiat Plato tentang di mana dia ingin dikuburkan. Satu-satunya wasiat yang ia tinggalkan hanya membahas tentang siapa penerusnya, properti-propertinya (budak, bangunan, tanah, dan uang) dan siapa saja yang berhutang kepadanya tetapi belum membayar (DL III/41-43).
Untungnya sekarang misteri ini sedikit terkuak. Papirus milik Philodemus mengungkapkan lokasi pasti makam Plato di Akademi. Philodemus melaporkan bahwa Plato dimakamkan di sebuah taman yang sebelum kematiannya dia pilih sebagai lokasi peristirahatan terakhirnya. Lokasi makam yang dimaksud berada di dekat Kuil Muses; sebuah area pribadi milik Plato di Akademi.
The Guardian
Penulis