Secara umum diketahui bahwa filsafat pertama kali muncul di Yunani Kuno, sebuah peradaban yang memiliki peran besar dalam kemajuan peradaban modern terutama dalam segi ilmu pengetahuan. Tetapi perlu kita ketahui juga bahwa kemajuan peradabaan Yunani kuno juga dipengaruhi oleh peradaban-peradaban sebelumnya seperti Mesopotamia dan lainnya.
Peradaban-peradaban awal inilah yang menjadi benih berkembangnya ilmu pengetahuan. Maka agaknya kurang pas jika kita membahas sejarah filsafat yang awal perkembangannya bertempat di Yunani tersebut tanpa membahas peradaban-perdaban sebelumnya yang banyak mempengaruhi Yunani baik dari segi ilmu pengetahuan, seni, dan lain sebagaianya.
Mesopotamia
Wilayah Mesopotamia adalah salah satu wilayah tertua yang menjadi tempat peradaban awal manusia yang tercatat oleh sejarah - sekitar tahun 2500 SM. Dalam bahasa Yunani, Mesopotamia berarti wilayah yang berada di antara sungai-sungai yang terletak di tempat yang saat ini dikenal sebagai Republik Irak.
Mesopotamia merupakan wilayah subur yang berada di antara 2 sungai besar, yaitu Euphrates dan Tigris. Kesuburan tanahnya merupakan faktor pendukung utama majunya peradabaan bangsa ini. Ditambah lagi Mesopotamia pada saat itu sudah memiliki teknologi iragasi yang menjadi pondasi awal dari sistem pertanian kuno. Pada saat itu terdapat beberapa bangsa yang mendiami wilayah ini yang ikut mengembangkan peradaban di sana, di antaranya adalah Bangsa Sumeria, Akadia, Babilonia lama, Asyiria, dan Babilonia baru.
Bangsa Sumeria adalah bangsa pertama yang peradabaannya sangat maju di wiliayah Mesopotamia, kota tertuanya bernama Urk yang berlokasi di muara sungai Eauphrates yang juga sebagai pusat pengembangan pemerintahan.
Masyarakat Sumeria pada saat itu hidup dengan bertani, mereka mangairi tanah pertanian dengan membuat saluran irigasi dari sungai Eauphrates. Tak heran jika bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang pertama kali mengenal roti dan gandum. Di sisi lain, mereka juga telah memiliki tulisan khas yang disebut sebagai cuneiform atau aksara paku yang sering digunakan dalam administrasi negaranya.
Akadia
Sebenarnya sejak 2500 SM Bangsa Akadia sudah bermukim di Mesopotamia bersama-sama dengan Bangsa Sumeria. Namun sekitaran tahun 2300 SM, bangsa ini berhasil menggusur kekuasaan orang-orang Sumeria di bawah pimpinan raja Akadia pada saat itu yang bernama Sargon. Namun penaklukan tersebut tidak semata-mata dilakukan demi melenyapkan peradaaban yang telah dibangun oleh Bangsa Sumeria sebelumnya.
Faktanya, Bangsa Akadia membangun kebudayaan baru mereka dengan menggabungkan kebudayaan-kebudayaan yang telah ada sebelumnya, tak terkecuali kebudayaan orang-orang Sumeria. Bangsa Akadia berpendapat bahwa akulturasi kebudayaan adalah langkah yang tepat untuk membangun peradaaban yang baru.
Babilonia Lama
Babilonia lama seringkali disebut sebagai peradaban Amori. Hal ini dikarenakan peradabaan ini didirkan oleh orang-orang Amori yang berasal dari daerah selatan Urk dan lalu membangun peradabannya sendiri yang bernama Babilonia atau babel.
Raja mereka yang termahsyur adalah Raja Hammurabi. Dia dikenal sebagai pembuat hukum tertulis pertama, jauh sebelum agama-agama langit muncul. Hukum yang dibuat oleh Hammurabi ini dikenal sebagai Codex Hammurabi yang berisi beberapa peraturan seperti hukum balas setimpal yang berbunyi:
"Jika seseorang menghancurkan mata milik orang lain, mereka harus menghancurkan mata milik perusak itu. Jika seseorang mematahkan tulang milik orang lain, mereka juga harus mematahkan tulang milik orang (yang mematahkan) itu." — Hukum ke-196 dan ke-197.
Asyiria
Bangsa Asyiria merupakan bangsa penakluk yang sangat suka berperang. Umumnya, peradabaan Asyiria terbagi menjadi 3 masa: Peradabaan Asyiria Tua, Tengah, dan Baru.
Seperti tiga bangsa sebelumnya, Bangsa Asyiria pada masa kejayaannya juga sudah mengenal aksara, bahkan mereka sudah menguasai ilmu perbintangan yang mana mereka mengetahui perhitungan secara akurat sistem penanggalan yang berdasarkan peredaran matahari di mana satu tahun terdiri dari 365 hari. Inilah yang menjadikan orang-orang Asyiria menjadi bangsa modern di tanah Mesopotamia.
Babilonia Baru
Yang terakhir adalah Bangsa Babilonia Baru. Suku Bangsa Babilonia baru ini adalah Bangsa Kaldea dan rajanya yang paling terkenal ialah Nebukardnezzar.
Pada masa kekuasaannya dia membangun kembali peradabaan Babilonia dan menjadikannya sebagai ibu kota kerajaan. Bangsa Kaldea ini juga telah mengembangkan ilmu astronomi dan astrologi. Selain itu, tak jaih berbeda dari Bangsa Asyiria, mereka juga mengenal pembagian waktu di mana seminggu terdiri dari 7 hari dan sehari terdiri dari 24 jam yaitu setengah hari siang dan setengah hari malam.
Dalam hal kepercayaan, beberapa bangsa yang mendiami wilayah Mesopotamia di atas menganut kepercayaan Politeisme di mana mereka mempercayai lebih dari satu tuhan. Sedangakan untuk peninggalannya di antaranya adalah Codex Hammurabi, cuneiform/aksara paku, dan zigurrat yaitu semacam kuil untuk pemujaan para dewa.
Setelah kemajuan peradaban di wilayah Mesopotamia runtuh, kemajuan ilmu pengetahuan pun berkembang pesat dan beralih ke Pulau Kreta, yaitu sebuah pulau yang berada di tengah-tengah lautan Mediterania yang saat ini dikenal sebagai Yunani.
Minoa dan Mykenai
Peradabaan yang berada di Pulau Kreta tersebut bernama peradaban Minoa. Peradabaan ini menjadi besar dikarenakan letaknya yang sangat strategis yang berada di jalur pelayaran antara Mesir, Yunani, dan Mesopotamia. Inilah yang menjadikan Minoa sebagai pusat kegiatan pelayaran dan pedagangan pada saat itu.
Keruntuhan peradaban ini tidak diketahui secara pasti, kejelasannya masih simpang siur - entah karena bencana alam yang terjadi secara beruntun yaitu letusan gunung berapi yang terjadi sekitaran tahun 1500-an SM dan disusul oleh kekeringan dan kebakaran hebat di tahun 1400-an SM atau karena invasi yang dilakukan oleh Bangsa Mykenai terhadap peradabaan Minoa. Namun begitu, kemajuan peradabaan Minoa inilah yang kemudian akan ditiru oleh Bangsa Mykenai yang nantinya menjadi nenek moyang orang-orang Yunani.
Ketika berakhirnya peradaban Minoa, pusat perdagangan antara dunia Barat dan Timur beralih ke Miletos; sebuah tempat di wilayah pesisir pantai asia minor yang dikenal sebagai Turki sekarang.
Pada saat itu orang-orang Miletos masih menganut kepercayaan politeisme di mana mereka percaya terhadap dewa-dewa dan menganggap bahwa semua kejadian yang terjadi di alam ini (yang tidak bisa mereka jelaskan) selalu disandarkan terhadap para dewa.
Di sinilah filsafat pertamakali muncul di Barat, yang dipelopori oleh salah seorang saudagar kaya bernama Thales. Thales mencoba membicarakan kejadian-kejadian alam yang terjadi di sekelilingnya secara rasional dan tidak lagi disandarkan terhadap para dewa. Dia mulai mencari penjelasan-penjelasan yang lebih masuk akal melalui pengamatan empiris.
Dia mulai dikenal ketika dia mampu menghitung tinggi piramida Mesir secara tepat hanya dengan menghitung bayangan piramida tersebut. Selain itu, dia juga memprediksi secara tepat terjadinya gerhana matahari yang terjadi pada 583 SM. Hal ini bukan tanpa sebab melainkan karena keahlian Thales dalam bidang astronomi dan matematika yang di pelajarinya di Mesir saat dia masih menjadi saudagar yang suka berpergian.
Sampai di sini, kita dapat membuktikan bahwa kemunculan filsafat di Yunani pada saat itu tidak semata-mata lahir dengan sendirinya, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh ilmu-ilmu yang telah berkembang dalam peradaban-peradaban yang telah ada sebelum Yunani. Tanpa hal tersebut, Thales tidak akan bisa menjadi seorang yang mampu mengubah cara pandang masyarakat Miletos yang condong ke arah kosmogoni yaitu pemahaman dan penjelasaan bahwa kejadian yang terjadi di alam ini selalu dikaitkan dengan dewa-dewa. Dia menghancurkan takhayul yang tumbuh subur di tanah Yunani dan membawanya ke penjelesan-penjelasan yang lebih masuk akal melalui pengamatan-pengamatan empiris atau kosmologi.
Penulis