Loading...
Budaya Kapitalisme telah membawa bentuk baru feminisme yang menilai bahwa perempuan harus bertanggung jawab atas kegagalan dan kesuksesan mereka sendiri. Apakah selebriti terkenal seperti Meghan Markle, Ivanka Trump, dan Emma Watson harus disalahkan?

Jadi, apa sebenarnya Feminisme Neoliberal itu? Feminisme ini sebenarnya penggabungan dari tiga gerakan besar: Neoliberalisme, Feminisme, dan Kapitalisme. 

Kolonisasi Kapitalisme Neoliberal terhadap gerakan feminis telah merubah arah Feminisme dari gerakan yang sebelumnya menjunjung tinggi nilai-nilai solidaritas perempuan ke gerakan individualisme. Sehingga para komplotan feminis ini tidak lagi berfokus pada gerakan yang dapat membawa perubahan bagi perempuan secara keseluruhan, namun hanya berfokus pada para kaum elit yang bahkan tidak tahu kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh perempuan-perempuan kelas pekerja atau kelas bawah. Kelompok Feminisme ini bahkan menutup mata bahwa apa saja bisa terjadi pada perempuan yang berada di bawah sistem patriarki.

Etos yang Merusak

Fokus gagasan dari Feminisme Neoliberal ini terletak pada ide bahwa perempuan memengaruhi kesuksesannya sendiri. Mereka percaya bahwa hanya perempuan sendiri lah yang bertanggung jawab atas 'kesulitan' dan 'kesuksesan' mereka. 

Gagasan seperti ini membuat penindasan perempuan yang tadinya dinilai sebagai akibat dari budaya (patriarki) dan masyarakat, diganti dengan sikap individualistis bahwa 'kalau kalian mau, ya keluarlah dan dapatkan' (dan jika kalian gagal, berarti itu salah sendiri).

Pada umumnya, banyak orang yang melihat gagasan ini sebagai wejangan-wejangan yang menginspirasi agar perempuan mau bekerja lebih keras lagi demi mencapai tujuannya. 

Meskipun gagasan ini cukup menginspirasi, namun harga yang harus dibayar sangat mahal; Ideologi ini menolak gagasan feminis tradisional bahwa demi mencapai kesetaraan perempuan harus membangun gerakan solidaritas untuk melakukan perubahan bersama-sama. Sebaliknya, ideologi ini menuntut perempuan untuk berjuang melawan prasangka mereka sendiri bahwa jika perempuan gagal, itu adalah kesalahan perempuan itu sendiri, bukan kesalahan patriarki atau budaya yang menindas. 

Masalah Hak Istimewa

Feminisme Neoliberal juga dikenal sebagai gerakan yang dimotori oleh perempuan kelas menengah dan atas. Contohnya seperti buku Ivanka Trump yang dipubliksikan tahun 2017 yang berjudul 'Women Who Work'. Buku ini mendorong perempuan untuk menciptakan dan mendefinisikan kesuksesan mereka sendiri dengan memberikan nilai-nilai inti Neoliberal. 

Ivanka menyerukan agar perempuan melupakan perjuangan Feminisme masa lalu yang dianggap sudah terlalu kuno dan sebagai gantinya dia menawarkan perempuan agar bekerja untuk diri mereka sendiri demi masa depan yang lebih baik. 

Sebagai putri (mantan) presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dia tentu memiliki hak istimewa yang memungkinkannya untuk menikmati kebebasan dan kesuksesan seperti yang dia maksud, makannya tidak heran jika Ivankan berpendapat demikian. Namun sayangnya, sebagian besar perempuan hari ini tidak seberuntung Ivanka; Masih banyak perempuan yang berada dalam peran kerja yang berupah rendah dan bahkan eksploitatif. 

Gagasan Ivanka Trump bahwa kesuksesan dan penderitaan bergantung pada perempuan itu sendiri justru akan mengabaikan perempuan kelas pekerja sendirian tanpa sistem pendukung yang dahulu pernah ditawarkan oleh Feminisme Tradisional. Alih-alih memberikan dukungan pada perempuan, ideologi semacam ini cenderung menyalahkan perempuan atas kegagalan yang mereka alami ketimbang menganggap bahwa kegagalan tersebut adalah produk dari masyarakat dan budaya patriarki yang menindas.

Selebriti Mempromosikan Feminisme

Sama seperti Ivanka Trump, beberapa tahun terakhir banyak juga selebriti perempuan yang menganggap dirinya feminis seperti Emma Watson. Namun lagi-lagi, mereka pada akhirnya juga menjadi pendukung gerakan yang - melanggengkan gagasan tentang hak istimewa sebagaimana di dalam 'Women Who Work'-nya Ivanka Trump. 

Meghan Markle, Duchess of Sussex, telah menjadi pendukung Feminisme sejak pernikahan mewahnya dengan pangeran Harry dari kerajaan Inggris. Namun begitu, merek feminismenya adalah Feminisme dongeng kaum elit, atau seperti yang oleh Kathryn Cullen sebut sebagai Feminism-lite.

Sebagai (mantan) anggota Keluarga Kerajaan, Markle, bagaimana pun, akan selalu terikat dengan sistem patriarki tradisional. Meskipun Markle bisa memanfaatkan posisi istimewanya untuk membangun kesadaran orang-orang pada isu Feminisme, namun dia tetap tidak akan bisa melakukan perubahan nyata pada kerangka struktural yang menindas. 

Selain Megan Markle, kebanyakan selebriti juga turut melanggengkan dan mempromosikan Feminisme Neoliberal yang begitu disukai oleh elit sosial ini. 

Gagasan perempuan yang berkuasa dan terkenal yang mempromosikan Feminisme sempalan semacam ini pada gilirannya akan mengasingkan perempuan kelas bawah dari Feminisme.

Ini terbukti bahwa, dengan menyamar sebagai gerakan inspirasional yang memotivasi perempuan untuk bekerja keras demi apa yang mereka inginkan, Feminisme Neoliberal pada dasarnya adalah ideologi merusak yang mengasingkan perempuan (terutama perempuan kelas pekerja) dan merusak citra Feminisme di masa lalu. 

Alih-alih memuliakan perempuan, gerakan ini malah mengutamakan sistem kelas yang menguntungkan para pemilik modal yang memiliki kekuasaan dan status yang tinggi. Selain itu, ideologi ini membelokkan perempuan kelas bawah untuk melawan Feminisme dan bahkan melawan diri mereka sendiri! Ia membuat perempuan berpikir bahwa kegagalan mereka disebabkan karena diri mereka sendiri.


Tulisan ini telah dialih-bahasakan oleh Redaksi Sophia Institute dari artikel asli yang berjudul "Why Neoliberal Feminism Is Damaging Women" 

Sara Robards,Content Writer.
Lebih baru Lebih lama