Loading...

MALAM-MALAM yang bisu,
adakah kenangan yang ingin kau hantarkan padaku untuk aku ingat?
aku ingin mengingatnya sekali lagi
sampai ingatanku sadar 
bahwa itu tak pantas untuk dikenang.

malam-malam yang bisu,
adakah rindu yang ingin kau hantarkan padaku untuk aku tangisi?
aku ingin menangis sekali lagi
sampai tangisanku;
sampai otakku sadar bahwa 
rindu ini tidak pantas untuk kutangisi.

malam-malam yang bisu,
apakah ia pantas untuk kuperjuangkan?
aku ingin memperjuangkanya,
sampai perjuanganku berhenti,
sampai hela nafasku tiba di kerongkongan.

malam-malam yang bisu,
bicaralah
dan jawab pertanyaanku.

Bayang Semu

LEMBAYUNG senja 
menghampiri waktu menuju malam
bintang-bintang perlahan meramaikan;
menerangi malam yang segera kelam
lalu bersahut-sahutan

bayang-bayang, kekasih
yang tak tahu di mana rimbanya
ditelan masa 
pada akhirnya

nampak nyata di pelupuk pilu
bayang-bayang
rintihan hati pemilik rindu;
pemilik hati yang semu.

*

malam tiba,
kulangitkan namamu
kuangkasakan rasa
agar ia nyata

kelak kita bertemu
kita jalani saja,
barangkali aku yang menemukanmu,
atau kau yang menemukanku.

Abnormalitas Rasa

HIRUK pikuk keduniaan
cinta tumbuh sepadan
segenap langkah terabaikan
sayatan merambat untuk mengingatkan

sayup-sayup berbisik di telingaku
suara rangkulan semesta 
yang berkawan
mendekap hati untuk tidak ragu

gema nada alam raya
berkumandang gesekan daun 
irama burung berkicau dan 
rintihan hati yang bukan dianggap siapa

manipulasi rasa
kamuflase logika
tabiat cinta tak sesuai, 
abnormalitas mebawaku semakin skeptis

lamun panjang tiada henti
namamu mengangkasa
menggema
abadi dalam aksara.

Lekas Bergegas

SAMPAI tiba masanya
saat hatiku tak lagi kepunyaanmu.
sampai tiba masanya
saat aku benar-benar sadar;

tak ada keterpaksaan
semuanya butuh ketulusan
karena ini soal perjuangan

lamban waktu bergegas 
kepenghujung fajar
tangisanku mebasahi wajah
ku ingat perihal kita yang 
nyatanya tak nyata,
perihal kita yang tertunda 
atau tetap berakhir.

Kita Tak Abadi

SAAT sajakku menuliskan kita
perjalanan kisah; pertemuan 
dan perpisahan
kita sudah usai,
kita kalah dari ego yang mencekik

kita saling memenjarakan 
waktu itu, aku hanya tak ingin kau bersama orang yang baru saja kau kenal di sosial media.
pasalnya 
aku cemas.

kau juga sama sepertiku
memenjarakanku dalam keegoisanmu
selalu ingin dimengerti, namun
tak pernah mau mengerti.

kita saling mencekik dalam keegoisan
memenjarakan satu sama lain
sebab terlalu takut. 
ketakutan itu benar-benar nyata.

kita benar-benar kehilangan;
aku kehilanganmu yang pandai merajuk,
sedang kau kehilanganku yang pandai membujuk;
kita tak abadi, 
kau egois. aku juga sama.

Ou, 23 Oktober 2020.

Moh. Fajri Dg. TambogoMahasiswa IAIN Palu.


Lebih baru Lebih lama