DAHAGA terkutuk gigih merasuk
dan merajuk
melejit aku ke langit
hanya untuk tenggelam lalu karam
buntu memburu,
sigap memburuh
eskapis sinis masih ditolak makna
dilecut kian melecut
puja harta, puja cinta
dibuat kian menyisa rinai atap jendela
kita siapa? pelita atau jelaga?
tiada jawab,
tiada siasat
hanya denging yang membising
keparat pengerat hasrat
Slave
RASUK anjing bertubuh manusia
keras kepala; begitu katanya
jiwa pendosa menari dari ujung kaki
hingga tersengal di ubun,
mati hidupku sebelum masa
jemari gemulai merangkul malam
tak satupun berhenti memuntahkan makian
satu per satu tak mampu tegak
keras kepala; begitu katanya
jiwa pendosa menari dari ujung kaki
hingga tersengal di ubun,
mati hidupku sebelum masa
jemari gemulai merangkul malam
tak satupun berhenti memuntahkan makian
satu per satu tak mampu tegak
meronta di liang angkara murka
pecah kornea, remuk kepalanya
pecah kornea, remuk kepalanya
Senandika
AWAN menangis terasing sendiri
acuh mengacuh manusia tiada peduli
dedaunan mana boleh teduh menyisi?
nikmatnya terbuai mimpi timang-timang fiksi.
tapi,
dusta lah mereka berbilang saya pujangga
terbakar kampung kelihatan asap
terbakar hati, siapa yang tahu?
Selaksa Nyata
ADAKAH candu....yang mampu menebas akalku
membunuh tiap sudut rongga nalarku
sampai tertunduk kaku, rindu
melebihi kamu?
abadilah kau
di tiap lembar nafasku.
Sia, Sisa
BAGAIMANA mungkin menghujat malamsaat bulan menghias di sudut ruang
lirih angin terdengar sayu
menghempas semua angan palsu
gigil bercerita pada tembok kamar biru
mataku yang bisu
lidah yang beku kata tanpa nadi,
tak perlu susunan diksi agar dipahami.
nafasku terengas
peluhku menetes deras
sudah sekian masa aku membatu
otak dan hati tak henti berselisih
kalau memang tidak ditakdirkan,
lalu apa arti resah berkepanjangan?
Arifani Febrianti, Mahasiswa IAIN Palu.
Penulis