WAKTU berjalan tak kenal henti
menyajikan perkara tiada henti,
lamban datangnya
mulailah sepi
tak lupa mengait pula peniti.
menyajikan perkara tiada henti,
lamban datangnya
mulailah sepi
tak lupa mengait pula peniti.
aku gadis belia yang
beranjak dewasa tanpamu,
tahukah kau ibu?
hari demi hari,
berganti tanpa ingin berhenti,
aku ingin kau tak terganti.
ibu dimana kau saat ini?
aku rindu pelukan pesam kala kukecil dulu.
lamun kini,
jangankan pelukan,
wajah dan suaramu, pun
bahkan sudah asing bagiku.
mengapa ibu?
dimana kau saat ini?
jawab tanyaku Bu.
Mengapa Ibu Pergi?
BANYAK pertanyaan
yang
ingin kuantarkan padamu; mengapa,
sampai aku tumbuh dewasa
banyak yang tak kuketahui;
kakek, nenek, eyang, dan
juga bapak,
apa yang mereka
sembunyikan tentangmu.
aku hanya ingin hadirmu.
ingin kuantarkan padamu; mengapa,
sampai aku tumbuh dewasa
banyak yang tak kuketahui;
kakek, nenek, eyang, dan
juga bapak,
apa yang mereka
sembunyikan tentangmu.
aku hanya ingin hadirmu.
ibu,
lihatlah aku
gadis kecilmu.
kini tumbuh dewasa;
kata mereka, bahwa
aku mirip
sepertimu. aku bahagia.
namun, mengapa
ibu,
mengapa kau pergi?
ah, itu tidak mungkin,
usiaku terlalu dini untuk
memahami perkara orang dewasa.
Bukankah Ibu Rindu Rumah?
SETELAH ibu tak lagi di rumah.
setelah ibu
bertolak;
masihkah ibu mengingatku,
juga adikku?
tidakkah ibu rindu suasana rumah?
bertolak;
masihkah ibu mengingatku,
juga adikku?
tidakkah ibu rindu suasana rumah?
ibu,
usiaku berimbuh tiap waktu. dalam
usia yang menyongsong kedewasaan,
aku sekadar ingin
menghabiskan waktu bersamamu.
bercerita kepadamu
tentang kejamnya dunia padaku,
juga bercerita
bahwa tanpamu, duniaku berubah hancur.
Bingung
DALAM hening
kadang kupening
menafsirkan apa yang terjadi.
isi kepalaku berubah retak bak piring
mana mungkin hidupku seperti ini!
kadang kupening
menafsirkan apa yang terjadi.
isi kepalaku berubah retak bak piring
mana mungkin hidupku seperti ini!
besar harapku setelah masa ini;
bahwa
keluargaku bisa berhimpun lagi:
berbahagia.
lamun, pun
aku jua tak tahu,
kedepanya akan seperti apa.
tuhan pemilik semesta,
adakah yang ingin kau sampaikan?
adakah petunjuk malam
untukku yang biasa?
oh, sebaris hidupku yang tergaris,
masa-masa suram nan kelam;
cepatlah habis. aku tak sanggup
jika harus menangis saban malam.
Semoga Ibu Kembali dengan Jawaban
SETELAH bingung yang menggunung, dan
setelah luka yang kutanggung,
semoga ada jawaban. semoga
tak ada lagi tangisan.
setelah luka yang kutanggung,
semoga ada jawaban. semoga
tak ada lagi tangisan.
malam-malam terus kupanjat.
kugapai langit-langit
subuh.
kuharap ada isyarat
dari sang empunya subuh
persoalan rumah
yang tak lagi lengkap tanpa ibu,
sungguh
rasanya ingin mengeluh lepas.
kelak jika pemilik dari
yang dimiliki sudah memberi isyarat
tanya yang tak sempat terjawab
barangkali
tuhan dapat menjawabnya dalam isyarat.
harapanku,
sudah kutanam di jauh hari,
bahwa
kelak nanti, pertanyaan
dan kebingunganku
segera usai.
maka,
pulanglah, bu.
setiap goresan penaku
hanya tentang hari-hari tanpamu, juga
perihal tanyaku, dan juga
impianku.
semoga kelak
tak ada lagi hal serumit ini;
kelak, jika kau pulang
ceritakan
semuanya padaku, karena
aku sudah cukup dewasa
untuk tahu segalanya.
Maninili, 7 Oktober 2020
Penulis